umroh q

umroh q
at madinah

Kamis, 30 Juni 2011

STUDY KASUS "MANUAL PLASENTA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.
Angka kematian ibu dan bayi mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun 2004 sampai tahun 2007. Di tahun 2007, angka kematian bayi mencapai 26,9 persen per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu berkisar 248 per 100 ribu kelahiran. Padahal di tahun 2004, angka kematian bayi sekitar 30,8 persen per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu sekitar 270 dari per 100 ribu kelahiran. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup ( Siti Fadilah Supari, 2009).
Hasil Susenas tahun 2005 menunjukkan angka kematian ibu di Provinsi DIY sebesar 105/100.000 kelahiran hidup, angka ini mengalami penurunan dibandingkan hasil Susenas sebelumnya, yaitu sebesar 110/100.000 kelahiran hidup (Dinkes DIY, 2005).
Jumlah kematian ibu yang terlaporkan dari pencatatan dan pelaporan melalui dinas kesehatan tahun 2007 dilaporkan sebesar 34 kasus kematian dengan perincian kematian pada ibu hamil sebanyak 3 kasus, kematian ibu bersalin 16 dan kematian ibu nifas sebanyak 15 kasus (Dinkes DIY, 2008).
Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup di Provinsi D.I.Yogyakarta sampai dengan tahun 2007 lebih rendah dari pada target angka nasional. Hasil pelaporan yang disampaikan melalui Dinas Kesehatan kabupaten/kota pada tahun 2007 jumlah kematian bayi di propinsi DIY sebanyak 317 bayi dengan jumlah kematian bayi terbanyak di kabupaten Kulon Progo (107 kematian bayi) dan terendah di kota yogyakarta (15 kematian bayi) (Dinkes DIY, 2007).
Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu; ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan pascapersalinan tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh. Perdarahan pascapersalinan lebih sering terjadi pada ibu-ibu di Indonesia dibandingkan dengan ibu-ibu di luar negeri. Perdarahan yang disebabkan karena retensio plasenta dapat terjadi karena plasenta lepas sebagian, yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva), Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana Asuhan kebidanan pada Ny. T G1P0A0 hamil 39 minggu dengan Manual Plasenta dan ruftur perinium derajat I di puskesmas Mergangsang.
B. Ruang lingkup
Ruang lingkup study kasus ini mencakup asuhan kebidanan ibu Bersalin Ny. T di Puskesmas Mergangsang.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami secara menyeluruh tentang Manual Plasenta dan ruftur perinium derajat I serta cara pengeluaran manual pasenta dan penanganan rupture perinium derajat I.
2. Tujuan khusus
1. Mampu memahami yang dimaksud dengan manual plasenta.
2. Mengetahui indikasi manual plasenta
3. Mengetahui langkah-langkah manual plasenta
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat mengaplikasikan teori dan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di lapangan praktek dan dapat memberikan asuhan secara komprehensif pada ibu bersalin dengan dengan ketuban pecah dini dan ruftur perinium derajat II.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi kontribusi tambahan berupa informasi, pengetahuan dan sumbangan pikiran sebagai bahan referensi guna pengembangan ilmu pengetahuan khususnya kebidanan. Serta sebagai bahan rujukan
3 Bagi Klinik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsi data pelengkap guna meningkatkan pelayanan asuhan maternal neonatal essensial dan komprehensif, dalam rangka usaha penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.



BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PERSALINAN
1 Pengertian Persalinan
Menurut Manuaba (1998), Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Ujiningtyas,S. 2009. Hal 1). Persalinan normal adalah proses lahirnya janin dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang pada umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Ujiningtyas,S. 2009. Hal 1).
Persalinan normal menurut Farer (2001) adalah persalinan yang memiliki karakteristik berikut ini:
a. Terjadi pada kehamilan aterm, bukan prematur ataupun postterm.
b. Mempunyai inset yang spontan, bukan karena induksi
c. Selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat onset, bukan partus presipitatus ataupun partus lama.
d. Janin tunggal dengan presentasi puncak kepala dan oksiput pada bagian anterior pelvis.
e. Terlaksana tanpa bantuan artifisial.
f. Tidak terdapat komplikasi.
g. Mencakup kelahiran plasenta yang normal.
B. Plasenta Manual
Menurut buku asuhan persalinan normal revisi 2007:
1. Pengertian
Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual (menggunakan tangan) dari tempat implantasi dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri. Pada umumnya ditunggu sampai 30 menit dalam lahirnya plasenta secara spontan atau dgn tekanan ringan pada fundus uteri yang berkontraksi. Bila setelah 30 mnenit plasenta belum lepas sehingga belum dapat dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, pasenta sebaiknya dikeluarkan dengan segera.
2. Penatalaksanaan plasenta manual
a. Persiapan
1) Pasang set dan cairan infus
2) Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
3) Lakukan anestesi verbal/analgesia per rectal
4) Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
b. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri
1) Pastikan kandungan kemih dalam keadaan kosong
2) Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva
3) Secara obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap kebawah) kedalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat
4) Setelah mencapai bukaan servikk, minta seseorang asisten/penolong lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri.
5) Sambil menahan fundus uteri. Masukkan tangan dalam hingga kekavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
6) Bentakan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat).
c. Melepas plasenta dari dinding uterus
1) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling .
2) Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan ke atas (kranial) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.
d. Mengeluarkan plasenta
1) Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertingga.
2) Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis (tahan segmen bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari terjadinya percikan darah).
3) Lakukan penakanan (dengan tangan yang menahan suprasimpisis) uterus ke arah dorsokranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah disediakan .
e. Pencegahan infeksi pasca tindakan
1) Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan
2) Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit
3) Cuci tangan
4) Keringkan tangan dengan handuk bersih
f. Pemantauan pasca tindakan
1) Periksa kembali tanda vital ibu
2) Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan
3) Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan lanjutan
4) Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai
5) Lanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum dipindah ke ruang rawat gabung .
C. Ruftur Perinium
1. Devinisi
Robekan yang terjadi pada perinium sewaktu perslinan baik akibat episiotomi maupun tidak. Berikut adalah klasifikasi derajat laserasi perineum :
Tabel 2.3
Derajat laserasi Diskripsi laserasi perineum.
Robekan derajat satu Hanya mengenai kulit.
Robekan derajat dua Mengenai kulit dan otot, bisa kecil atau ekstensif.
Robekan derajat tiga Mengenai kulit, otot, dan melebar ke sfingter ani.
Sultan (2002) membagi lagi menjadi :
3a : Robekan parsial sfingter ani mengenai kurang dari 50% ketebalannya
3b : Robekan komplet sfingter ani
3c :Sfingter interna juga robek.
Robakan derajat empat Mengenai kulit, otot dan melebar sampai sfingter ani dan mukosa rektum.
(chapman, 2002, hal 446)
2. Tujuan Penjahitan Perlukaan Perineum/ Episiotomi ialah :
1. Untuk mendekatkan jaringan-jaringan agar proses penyembuhan bisa terjadi. Proses penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetap hasil dari pertumbuhan jaringannya.
2. Untuk menghentikan perdarahan.
3. Tekhnik penginjeksian
Lidocaine 1% adalah cairan anastesi yang dianjurkan untuk penjahitan episiotomi dan laserasi setelah kelahiran. Lidocaine 2% tidak dianjurkan oleh karena terlalu tinggi konsentrasinya dan bisa menimbulkan nekrosis jaringan. Lidocaine dengan epinephrin tidak dianjurkan juga karena akan memperlambat penyerapan lidocaine dan akan memperpanjang efek kerjanya. Tak satupun dari kedua efek tersebut diperlukan bagi penjahitan episiotomi atau laserasi.
Ukuran dan panjang jarum serta banyaknya obat anastesi yang diperlukan akan bergantung pada laserasinya. Sebuah jarum yang berukuran22 dengan panjang3-4 cm sudah cukup untuk menginjeksikan anastesi ke dalam luka episiotomi, perluasan laserasi akibat episiotomi, atau robekan vagina. Akan tetapi, jarum yang berukuran lebih kecil hendaknya dipakai pula untuk laserasi yang lebih kecil di daerah yang lebih peka. Sebagai contoh, jarum yang berukuran 25, panjang 2-3 cm akan menjadi pilihan yang lebih baik untuk menganastesi perlukaan klitoris. Bidan hendaknya menggunakan kebijakan klinis dalam menentukan jarum mana yang harus dipakai.
Teknik Penginjeksian Anestesi Adalah :
1. Jelaskan kepada ibu apa yang hendak dilakukan dan bantulah ia agar rileks.
2. Masukkan jarum pada ujung atau pojok laserasi atau luka dan dorong masuk sepanjang luka mengikuti garis dimana jarum jahitan akan masuk atau keluar.
3. Aspirasi dan kemudian injeksikan anestesi tersebut sambil menarik jarum ketitik dimana jarum masuk.
4. Hentikan penginjeksian anestesi dan belokkan kembali jarum sepanjang garis lain dimana anda merencanakan akan membuat jahitan.
5. Ulangi proses pemasukan jarum, kemudian aspirasi, dan injeksikan sambil menarik jarum hingga seluruh daerah yang kemungkinan akan merasa sakit sudah dianastesi ( PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO, 2003:Hal 178-179).




BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
Tanggal masuk : 10 juni 2011
Tanggal/ Jam pengkajian : 10 juni 2011/ 03.00 wib
Pengkaji : Eka Riana
Tempat : Puskesmas Mergangsan

1. PENGUMPULAN DATA
A. Data subyektif (S)
1. Identitas Klien Suami
Nama : Ny. Tri Kristianingsih Tn. Winarto
Umur :30 tahun 33 Tahun
Agama :Islam Islam
Suku/bangsa :Jawa Jawa
Pekerjaan :wiraswasta Swasta (sopir)
Alamat rumah : Mrican UH VII/366 Rt 25 Rw 09 Yogyakarta
1. Data Subjektif
a. Alasan Periksa
Ibu datang karena keluhan mules-mules sejak tanggal 10 Juni 2011 pukul 01.00 wib, ada pengeluaran darah lendir sejak pukul 02.00 wib, ada pengeluaran air merembes sejak jam 02.00 wib.
b. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu merasa hamil 9 bulan, HPHT 4 September 2010, TP : 11 Juni 2011 usia kehamilan 39 minggu 6 hari. Pemeriksaan Kehamilan di Puskesmas Mergangsang dan Dokter Kandungan. Selama hamil ibu mengkonsumsi tablet Fe, B1 dan B6. Ibu merasakan pergerakan janin pertama kali pada usia kehamilan 16 minggu sampai saat ini. Tidak ada penyulit kehamilan ini.
c. Riwayat psikososial
Ibu tenang
d. Riwayat Nutrisi
Pola terakhir makan pukul 20.00 wib dengan porsi satu piring sedang, jenis nasi, sayur dan lauk pauk.
e. Riwayat Eliminasi
BAK : Frekuens± 8x/ hari, warna kuning, bau khas, tidak ada keluhan.
BAB : Frekuensi 1x/hari, terakhir pukul 23.00 wib, tidak ada keluhan.
f. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu:
No. Tanggal
Persalinan Tempat
Persalinan Usia
Kehamilan Jenis
Persalinan Penolong Penyulit/masalah Anak Ket
Hamil Bersalin Nifas JK BB TB
1 2001 Klinik aterm normal Bidan - - - Laki-laki 3000g 49 cm sehat
2 Yang ini

II. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital : TD : 110/80 mmHg
Nadi : 82x/m
Respirasi : 22x/m
Suhu : 36,2 ºC
4. BB sebelum hamil : 47 kg, BB sekarang : 59 kg, TB : 164cm.
5. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Rambut : Warna hitam, kulit kepala bersih, tidak ada benjolan, tidak ada lesi.
Muka : Tidak ada oedem, tidak ada kloasma gravidarum.
Mata : Konjungtiva tidak pucat dan sclera tidak ikterik.
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pengeluaran.
Telinga : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pengeluaran, bersih, fungsi pendengaran baik.
Mulut : Bibir lembab, warna kemerahan, tidak ada stomatis, tidak ada gigi karies, tidak ada gigi palsu.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran tyroid, refleks menelan baik.
2. Dada
Paru-paru : pergerakan nafas simetris, bunyi pernafasan vesikuler.
Jantung : Bunyi jantung normal, irama teratur
Payudara : bentuk dan ukuran simetris dan puting susu kurang menonjol, kolostrum ada, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
3. Abdomen
Tidak ada luka operasi, linie nigra ada, ada strie, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
Palpasi :
Leopold I : TFU :3 jari di bawah px( 33 cm)
Fundus teraba bokong
Leopold II : Kiri teraba bagian-bagian kecil janin
kanan teraba punggung
Leopold III : Bagian terendah teraba kepala
Leopold IV : 4/5 bagian sudah masuk PAP
Denyut jantung janin (+) 138 x/menit, teratur
TBBJ : 3255 gram
His 3-4 x/10 menit, lamanya 25-30 detik, kuat.
4). Anogenitalia
a. Vulva : show ada, tidak ada lesi, tidak ada varises, tidak ada oedem.
b. Anus : tidak ada haemoroid, tidak ada varises.
c. Pemeriksaan dalam pukul 03.00 wib:
Dinding vagina licin Portio lunak,tipis ᴓ 2 cm, ketuban (-), presentasi kepala, kepala Hodge II.
5) Extremitas
Ekstremitas atas : tidak ada oedem, tidak ada kepucatan pada kuku, turgor baik, reflek baik
Ekstremitas bawah : tidak ada oedem, tidak ada kepucatan pada kuku, turgor baik, tidak ada varises, refleks baik.
III. Assessment
Ibu G2P1A0M0 hamil 39 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala, berada dalam proses persalinan kala I fase laten. Keadaan ibu dan anak baik.
IV. Planning
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan dan bahwa janin dalam keadaan baik. Ibu dan keluarga mengerti dan merasa senang.
2. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda akan melahirkan, seperti ada dorongan untuk meneran.
3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi pernafasan pada saat mules, menarik nafas dari hidung dan mengeluarkannya dari mulut: ibu mengerti dan dapat mengikuti yang telah diajarkan.
4. Menganjurkan ibu untuk tidur miring kekiri.
5. Membantu ibu mengurangi rasa nyeri : mengusap punggung ibu dengan lembut.
6. Memberikan ibu makan dan minum pada saat mulesnya berkurang : ibu minum teh manis, air putih dan makan nasi porsi sedang, sayur,lauk pauk dan buah.
7. Menganjurkan ibu untuk buang air kecil dan tidak menahan jika ingin kencing: ibu mengikuti yang dianjurkan
8. Menganjurkan pada keluarga untuk menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi: keluarga menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi.
9. Mempersiapkan peralatan dan obat-obatan esensial yang diperlukan selama proses persalinan : peralatan dan obat-obatan siap pakai.
10. Memonitor TD dan suhu tiap 4 jam sekali : hasil pada partograf
11. Memonitor DJJ, nadi, kontraksi tiap 30 menit pada kala I fase aktif : hasil pada partograf
12. Mengobservasi perubahan serviks dan penurunan kepala janin 4 jam sekali : hasil pada partograf.
13. Memonitor cairan yang masuk
14. Mencatat hasil temuan pada partograf.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl/Jam Catatan Perkembangan
10/6/2011
07.00 wib























































10/6/2011
07.50 wib
KALA II
I. Data subjektif
- Ibu mengatakan mulesnya semakin sering
- Ibu mengatakan ada rasa ingin meneran
- Ibu ingin BAB
II. Data Objektif
1. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil.
2. Anogenitalia : Vulva dan spingter ani membuka
3. Pemeriksaan dalam : portio tidak teraba, ᴓ lengkap(10 cm), ketuban(-), presentasi kepala, tidak ada molage, tidak teraba bagian-bagian kecil-kecil janin, kepala H III.
III. Assessment
Ibu G2P1 berada dalam proses persalinan kala II. Keadaan ibu dan anak baik.
IV. Planning
1. Memastikan tanda gejala kala II
2. Memeriksa DJJ dan memastikan janin dalam keadaan baik : DJJ 142x/m
3. Memberitahukan ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik : ibu mengerti dan merasa senang.
4. Memeriksa kelengkapan alat dan obat-obatan untuk menolong persalinan.
5. Memakai alat perlindungan diri.
6. Membantu ibu mencari posisi yang nyaman saat meneran: ibu memilih posisi setengah duduk.
7. Menganjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan dan semangat pada ibu : keluarga memberikan semangat pada ibu.
8. Mengajarkan dan membimbing ibu untuk meneran saat ibu merasa ada keinginan untuk meneran: ibu dapat melakukannya dengan baik dan ibu meneran saat kontraksi.
9. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
10. Menganjurkan ibu untuk istirahat jika kontraksinya berkurang.
11. Memberi ibu minum disaat ibu istirahat : ibu minum teh manis.
12. Menilai DJJ setiap 5 menit.
13. Saat kepala bayi 5-6 cm di vulva, meletakkan handuk bersih diatas perut ibu.
14. Meletakkan underpad dibawah bokong ibu.
15. Memdekatkan set partus dan membukanya.
16. Memakai sarung tangan steril
17. Menahan perinium dengan tangan kanan dan tangan kiri menahan kepala agar tidak terjadi defleksi terlalu kuat.
18. Memeriksa ada tidaknya belitan tali pusat: tidak ada belitan tali pusat.
19. Menjepit tali pusatdengan klem dari arah pusat bayi, mengurut tali pusat kearah ibu dan memasang klem 2cm dari klem yang pertama.
20. Memotong tali pusat diantara dua klem dan tangan kiri melindungi perut bayi dari guntingan.
“Bayi lahir spontan tanggal 10 Juni 2011 pukul 07.50 wib, Anak laki-laki hidup, A/S: 9/10, BB: 3400gr, PB: 49, LK: 33 cm, LD: 32 cm, kelainan (-)”.


1-6-2011
07.50 wib





















10/6/2011
08.05 wib


10/6/2011
08.20 wib KALA III

I. Data Subjektif
- ibu merasa senang karena bayinya telah lahir dengan selamat.
- Ibu merasa lelah setelah melahirkan.
- Ibu mengatakan perutnya masih teras mules.
II. Data Objektif
Keadaan umum : baik
TFU : 1 jari di bawah pusat
Kontraksi uterus : Baik
Kandung Kemih : Tidak Penuh
Perdarahan : ± 50 cc
III. Assesment
Ibu P2 A0M0 berada dalam proses persalinan kala III. Keadaan ibu dan anak baik
IV. Planning
1. Memastikan lagi bahwa tidak ada janin ke dua: Tidak ada janin ke dua.
2. Melakukan manajement aktif kala III :
a. Memberikan injeksi oksitosi 10 iu pada 1/3 paha bagian luar.
b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali : Plasenta belum lahir (08.05)
c. Injeksi aksotosin ke 2 (10 IU) IM
d. Melakukan penegangan tali pusan terkendali sambil masase fundus uteri oleh dokter kandungan.
e. Melakukan manual plasenta:
Plasenta lahir lengkap, pukul 08.20 wib
f. Melakukan masase fundus uteri 15 kali selama 15 detik setelah plasenta lahir : kontraksi uterus baik.
g. Dilakukan pemasangan IUD Post Plasenta
h. Melakukan injeksi methergin 0,2 mg (IM).
3. Memeriksa kelegkapan plasenta :
a. plasenta lengkap dan segar.
b. Panjang : 20 cm
c. Lebar : 18 cm
d. Tebal : 2 cm
e. Berat : 400 gr
f. Insersi tali pusan : marginalis
g. Panjang tali pusat: 50 cm
4. memeriksa laserasi jalan lahir : perinium rufture derajad I.
5. mengobservasi perdarahan, TFU, kontraksi uterus, dan kandung kemih selama 2 jam setelah melahirkan.

23-12-09
KALA IV
I. Data Subjektif
ibu mengatakan perutnya masih terasa mules
II. Data Objektif
a. Keadaan umum : Baik
b. Kontraksi uterus : Baik
c. Tinggi Fundus Uteri : 2 jari di bawah pusat.
d. Perdarahan : ± 50 cc
e. Kandung kemih : tidak penuh
III. Assesment
Ibu P2A0M0 berada dalam proses persalinan kala IV.
IV. Planning
a. menyiapkan peralatan heating : alat sudah siap
b. Melakukan penjahitan perineum satu-satu.
c. Membereskan peralatan bekas pakai dan merendamnya ke dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
d. Membersihkan ibu dan membantu ibu memakai pakaian bersih dan pembalut : ibu sudah memakai baju, kain, pembalut dan celana dalam.
e. Mengajarkan ibu masase fundus uteri. : ibu mengerti dan dapat melakukannya.
f. Menganjurkan ibu untuk istirahat : ibu istirahat.
g. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini : ibu baring miring kekiri.
h. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum seperti biasa: ibu mengerti.
i. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya: ibu bersedia.
j. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dan bayinya.
k. Menjelaskan kepada ibu tentang perawatan perineum/ daerah bekas jahitan. : ibu mengerti.
l. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya masa nifas : ibu mengerti
m. Mengobservasi, TFU, Kontraksi uterus, perdarahan, dan kandung kemih selama 2 jam.
n. Melengkapi partograf.
o. Terapi : Amoxilin : 3x 500 g, Asam mefenamat 3x 500 g, sf 1x1 tab, betadhin dan kassa untuk perawatan perinium.

Sabtu, 04 Juni 2011

contoh SAP Kebidanan

SAP Praktik Klinik

Mata Kuliah : KDPK
Pokok Bahasan :
Sub Pokok bahasan : memandikan bayi
Penempatan : Puskesmas Mergangsang
Hari/tanggal : jumat/ 3 juni 2011
Waktu : 06.45 WIB



I. Kompetensi Dasar:
Setelah mengikuti bimbingan ini mahasiswa diharapkan memiliki wawasan dan pemahaman tentang keterampilan dasar praktik klinik.
II. Indikator Ketercapaian:
a. Mahasiswa mampu melakukan persiapan memandikan bayi yaitu persiapan alat, ruangan dan pasien dengan benar pada saat melakukan perasat.
b. Mahasiswa mampu memandikan bayi dengan benar.
III. Kegiatan Pembelajaran :
1. Prosedur
Tahap Kegiatan Waktu
Kegiatan awal 1. Memberikan salam kepada mahasiswa
2. Melakukan apersepsi
3. Menanyakan mahasiswa langkah mana yang ingin di latih secara khusus dalam praktik klinik yang akan dikerjakannya.
4. Review langkah-langkah didalam penuntun belajar yang dianggap sulit oleh mahasiswa, yang akan dipraktikkannya.
5. Menentukan tujuan spesifik pembelajaran.
6. Membuat kontrak waktu dan kesepakatan tindakan yang akan dilakukan mahasiswa
7. Memberikan motivasi kepada mahasiswa. 4 menit
Kegiatan inti 1. Mengucapkan salam pada pasien
2. Memperkenalkan diri dan memperkenalkan mahasiswa sebagai bidan muda yang akan memeriksa pasien.
3. Melakukan pengamatan selama mahasiswa melakukan keterampilan dengan menggunakan cheklist atau penuntun belajar.
4. Mencatat kinerja mahasiswa dalam penuntun belajar selama pengamatan.
5. Memberikan komentar perbaikan hanya pada saat kenyamanan dan keamanan klien dipertaruhkan
6. Mengucapkan salam kepada klien setelah tindakan 8 menit
Kegiatan penutup 1. Memberi salam kepada mahasiswa
2. Menanyakan kepada mahasiswa tentang praktik yang barusan saja dikerjakan.
3. Meminta mahasiswa menyebutkan langkah-langkah yang telah dikerjakan dengan baik.
4. Meminta mahasiswa menyebutkan langkah-langkah yang menurutnya belum dikerjakan dengan baik atau sama sekali belum dikerjakan.
5. Memberikan pujian kepada mahasiswa atas tindakan yang telah dilakukan.
6. Memberikan saran spesifik untuk perbaikan sesuai dengan penuntun belajar.
7. Bersama mahasiswa menentukan tujuan/ goal praktik yang akan datang.
8. Mengucapkan salam. 3 menit

2. Metode
a. Bed side Teaching
3. Media : Instrumen/chek list keterampilan dan Job sheet
4. Alat :
1. Schort
2. Sarung tangan
3. Handuk
4. Waslap 2 buah
5. Sabun mandi
6. Shampo
7. Kapas DTT
8. Bengkok
9. Air hangat dalam bak mandi
10. Meja mandi yang dialasi perlah dan handuk
11. Pakaian bayi
12. pulpen dan buku catatan.
5. Evaluasi :
a. Lisan/Responsi
Lampiran :
1. Check list
2. Materi
3. Jobsheet





Mengetahui,
Pembimbing Akademik


(……………………….)









PROSEDUR PELAKSANAAN

NO LANGKAH-LANGKAH KEY POINT
1 Beritahu orang tua bayi tindakan yang akan dilakukan


Segala tindakan yang akan dilakukan harus kita informasikan kepada pasien/ keluarga
2 Siapkan alat dan bahan untuk memandikan bayi
Penempatan alat secara ergonomis
3 Siapkan ruangan


Tutup pintu dan jendela untuk mencegah terjadinya hipotermi

4 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih


Lepaskan semua perhiasan di tangan dan lakukan dengan tehnik 7 langkah
5 Pakai sarung tangan dan scort


Alat perlindungan diri
6 Letakkan bayi diatas meja mandi
Perhatikan keamanan dan kenyamanan bayi
7 Buka seluruh pakaian bayi

Lakukan dengan lembut, tetap jaga suhu tubuh bayi dengan menggunakan kain sebagai alas
8 Basahi waslap dengan air hangat

Gunakan waslap yang lembut, dan memastikan kehangatan air secara tepat
9 Seka bayi dengan waslap basah dari kepala, leher, dada, tangan, perut, punggung, kaki, bokong dan genetalia



Lakukan dengan urutan yang benar, gerakan yang lembut serta mantap
10 Basahi waslap dan beri sabun





Gunakan sabun secukupnya dan buat busa dengan waslap basah
11 Sabun bayi mulai dari kepala, leher, dada, tangan, perut, punggung, kaki, bokong dan genetalia


Lakukan dengan hati-hati, sabun jangan mengenai muka bayi
12 Angkat tubuh bayi dengan cara memasukkan tangan kiri kebawah leher bayi hingga pergelangan tangan berada dibawah leher, tiga jari berada dibawah ketiak kiri bayi dan ibu jari serta telunjuk dibagian bahu kiri. Tangan kanan memegang bokong bayi melalui kedua paha bayi

Keamanan agar bayi tidak mudah terlepas dari pegangan
13 Masukkan bayi kedalam bak mandi






Lakukan dengan hati-hati dan dengan posisi bayi setengah duduk
14 Bersihkan bekas sabun yang ada ditubuh bayi mulai dari kepala, leher,dada, tangan, perut dengan tangan kanan penolong

Pastikan tubuh bersih dari sabun
15 Telungkupkan bayi diatas tangan kiri, jari-jari dibawah ketiak kanan bayi
Bila dengan cara ini ada kesulitan bersihkan bagian punggung dengan posisi bayi terlentang
16 Bersihkan sabun yang ada ditubuh bayi mulai dari punggung, bokong, kaki dengan tangan kanan penolong
Pastikan tubuh bayi bersih dari sabun
17 Kembalikan bayi keposisi telentang
Pastikan bayi dalam posisi aman, agar tidak lepas dari pegangan saat diangkat
18 Angkat bayi dan letakkan diatas handuk bersih, lembut dan kering


Lakukan dengan cekatan
19 Keringkan tubuh bayi mulai dari kepala, leher, dada, tangan, perut, punggung, kaki, bokong dan genetalia

Lakukan dengan lembut dan urutan yang tepat
20 Bersihkan tali pusat dengan kapas DTT


Perawatan tali pusat dengan membersihkan menggunakan kapas yang dicelupkan air DTT
21 Kenakan pakaian bayi

Jangan biarkan bayi terlalu lama tanpa pakaian untuk mencegah kehilangan panas
22 Letakkan bayi dibox bayi/ditempat yang aman

Keamanan dan kenyaman bayi
23 Bereskan alat
Jaga kebersihan dan siap dipakai kembali
24 Buka handscond

Lakukan proses DTT
25 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk kering

Lakukan dengan 7 langkah
26 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

Bukti asuhan, tanggung jawab dan tanggung gugat











DAFTAR TILIK
MEMANDIKAN BAYI
Nama Mahasiswa :
Kelas/semester :
Tanggal Penilaian :
Tempat :

PENILAIAN :
Nilai 0 (Nol ) : Perlu perbaikan
Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau tidak berurutan
Nilai 1 (satu) : Mampu
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat, pembimbing perlu membantu atau mengingatkan
Nilai 2 (dua) : Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu-ragu serta berurutan sesuai prosedur

Beri tanda ceklist (√)pada kolom penilaian
NO LANGKAH NILAI
0 1 2
1 Memberitahu dan menjelaskan pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
2 Menyiapkan alat dan bahan, membawa kedekat meja mandi:
Bak mandi berisi air hangat
Waslap
Sabun mandi
Handuk
Pakaian bayi
Kapas DTT
Bengkok
Sarung tangan
Scort
3 Menutup pintu dan jendela
4 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
5 Memakai sarung tangan dan skort
6 Meletakkan bayi di meja mandi
7 Membuka pakaian bayi
8 Membasahi waslap dengan air hangat
NO LANGKAH NILAI
0 1 2
9 Menyeka bayi dengan waslap basah dari kepala, leher, dada, tangan, perut, punggung, kaki, bokong dan genetalia
10 Membasahi waslap dan beri sabun
11 Menyeka dengan waslap yang telah diberi sabun mulai dari kepala, leher, dada, tangan, perut, punggung, kaki, bokong dan genetalia
12 Mengangkat tubuh bayi dengan cara memasukkan tangan kiri kebawah leher bayi hingga pergelangan tangan berada dibawah leher, tiga jari berada dibawah ketiak kiri bayi dan ibu jari serta telunjuk dibagian bahu kiri. Tangan kanan memegang bokong bayi melalui kedua paha bayi
13 Memasukkan bayi kedalam bak mandi dengan hati-hati dengan posisi setengah duduk
14 Membersihkan bekas sabun yang ada ditubuh bayi mulai dari kepala, leher,dada, tangan, perut dengan tangan kanan penolong
15 Menelungkupkan bayi diatas tangan kiri, jari-jari dibawah ketiak kanan bayi
16 Membersihkan sabun yang ada ditubuh bayi mulai dari punggung, bokong, kaki dengan tangan kanan penolong
17 Mengembalikan bayi keposisi telentang
18 Mengangkat bayi dan letakkan diatas handuk bersih, lembut dan kering
19 Mengeringkan tubuh bayi mulai dari kepala, leher, dada, tangan, perut, punggung, kaki, bokong dan
20 Membersihkan tali pusat dengan kapas DTT
21 Mengenakan pakaian bayi
22 Meletakkan bayi dibox bayi/ditempat yang aman
23 Membereskan alat
24 Membuka sarung tangan serta skort
25 Mencuci tangandengan sabun air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
26 Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan

Nilai :........ x 100 =
52

DOSEN


(..….............……. )

skripsi q "study epidimeologi"

study epidimeologi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental, maupun sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terarah dan berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi. Pertama: yang laten yaitu kematian ibu dan kematian bayi yang masih tinggi akibat berbagai faktor termasuk pelayanan kesehatan yang relatif kurang baik. Kedua: ialah timbulnya penyakit degeneratif yaitu menopause dan kanker (Yanti, 2010).
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kesakitan dan Angka Kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia berada. Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam undang-undang maupun peraturan pemerintah indonesia yang merupakan salah satu tenaga pelayanan kesehatan profesional dan secara internasional diakui oleh International Confederation of Midwifeves (ICM), FIGO dan WHO (yanti, 2010 ).
Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan, maka salah satu indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetri dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat AKI dan AKB di wilayah tersebut. Hasil survei demografi dan kesehatan indonesia tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini turun dibandingkan AKI tahun 2002 yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes, 2007).
Sedangkan angka kematian bayi (AKB) berdasarkan Estimasi Badan Pusat Statistik tahun 2007 sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan AKB tahun 2002-2003 yang sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup. Kecenderungan penurunan AKB dapat dipengaruhi oleh pemerataan pelayanan melalui perbaikan gizi yang pada gilirannya mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (Dinkes, 2007).
Angka Kematian Ibu (AKI) yang diperoleh melalui SDKI dan SKRT hanya menggambarkan angka nasional dan tidak dirancang untuk mengukur angka kematian ibu menurut provinsi. Hasil Susenas tahun 2005 menunjukkan angka kematian ibu di Provinsi DIY sebesar 105/100.000 kelahiran hidup, angka ini mengalami penurunan dibandingkan hasil Susenas sebelumnya, yaitu sebesar 110/100.000 kelahiran hidup (Dinkes DIY, 2005).
Jumlah kematian ibu yang terlaporkan dari pencatatan dan pelaporan melalui dinas kesehatan tahun 2007 dilaporkan sebesar 34 kasus kematian dengan perincian kematian pada ibu hamil sebanyak 3 kasus, kematian ibu bersalin 16 dan kematian ibu nifas sebanyak 15 kasus (Dinkes DIY, 2008).
Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup di Provinsi D.I.Yogyakarta sampai dengan tahun 2007 lebih rendah dari pada target angka nasional. Hasil pelaporan yang disampaikan melalui Dinas Kesehatan kabupaten/kota pada tahun 2007 jumlah kematian bayi di propinsi DIY sebanyak 317 bayi dengan jumlah kematian bayi terbanyak di kabupaten Kulon Progo (107 kematian bayi) dan terendah di kota yogyakarta (15 kematian bayi) (Dinkes DIY, 2007).
Bidan sebagai pemberi pelayanan kebidanan merupakan ujung tombak dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan Angka kematian Bayi (AKB). Salah satu kontrisbusi menurunkan AKI dan AKB adalah dengan memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas. Agar pelayanan kebidanan yang diberikan dapat berkualitas bidan harus memiliki cara pandang bagaimana pelayanan kebidanan yang berkualitas (Asri, 2008).
Keberhasilan pelayanan tesebut dipengaruhi oleh pengetahuan, keyakinan, pemahaman dan cara pandang bidan dalam kaitan atau hubungan timbal balik antara manusia/ wanita, kesehatan( lingkungan, pelayanan kebidanan, perilaku dan keturunan), pemahaman bidan terhadap sejarah pelayanan kebidanan dan pendidikan bidan, konseptual model dan teori yang melatar belakangi praktik kebidanan, peran fungsi kompetensi dan ruang lingkup praktik bidan, metode pendekatan pemecahan masalah dalam melakukan asuhan kebidanan yaitu manajemen kebidanan, standar pelayanan kebidanan, prinsif pengembangan karier bidan termasuk didalamnya Kepmenkes No 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan (Asri, 2008).
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232, Pendidikan berasal dari kata didik, Lalu kata ini mendapat awalan kata me sehingga menjadi mendidik artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pernyataan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Ahira, 2011)
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al-Mujaddilah ayat 11 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:”berlapang-lapanglah kamu dalam majelis”, maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:”berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah, 58:11). Para ahli menafsirkan ayat ini untuk mendorong diadakannya kegiatan di bidang ilmu pengetahuan dengan cara menjunjung tinggi atau mengadakan dan menghadiri majelis ilmu. Orang yang mendapatkan ilmu itu selanjutnya akan mencapai derajat yang tinggi dari Allah SWT.
Dengan dilaksanakannya proses belajar mengajar, tentunya diperlukan juga suatu evaluasi dari kegiatan pembelajaran tersebut. Menurut Sudijono (2008) Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. Untuk dapat menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai itu, dilakukan pengukuran, dan wujud dari pengukuran itu adalah pengujian, dan pengujian inilah yang dalam dunia kependidikan dikenal dengan istilah tes. Evaluasi klinik terhadap kompetensi profesioanal dalam pendidikan kebidanan merupakan aktivitas yang paling penting untuk mengukur keterampilan mahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanan pada pasien secara komprehensif.
Menurut Yanti (2008), Penerapan kurikulum berbasis kompetensi menuntut adanya evaluasi hasil belajar yang berdasarkan kompetensi juga. Mahasiswa dikatakan kompeten jika lulus pada tiap domain kompetensi yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Salah satu cara untuk mengevaluasi hasil belajar kurikulum berdasarkan kompetensi dapat dilaksanakan dengan metode Objektive Structure Clinical Assesment (OSCA). Ujian kompetensi (OSCA) ini merupakan syarat untuk mendapatkan Surat Ijin Bidan (SIB), yang kelak berguna ketika terjun di masyarakat.
Akademi Kebidanan merupakan salah satu Program Studi yang menerapkan strategi pembelajaran dengan metode ceramah, diskusi dan simulasi, karena proses perkuliahan di Akademi Kebidanan memanfaatkan 40% pertemuan di kelas untuk teori dan 60% praktik. 60 % praktik klinik dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Sebelum diaplikasikan langsung terhadap klien, mahasiswa melatih keterampilan di laboratorium. Praktik klinik di laboratorium dilakukan dengan metode simulasi. Pada proses belajar mengajar di Akademi Kebidanan, praktik laboratorium mahasiswa dilakukan setelah mereka mendapatkan pemahaman Asuhan Kebidanan secara teori terlebih dahulu (Soenarsih, 2008).
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) ‘Aisyiyah Yogyakarta, Guna meningkatkan keterampilan mahasiswanya, kususnya program studi DIII Kebidanan sesuai dengan visinya yaitu sebagai pendidikan tinggi kebidanan unggulan yang mampu menghasilkan lulusan profesional dan berakhlak mulia telah menerapkan ujian praktikum akhir semester dengan metode OSCA khususnya pada mahasiswa semester I dan III yang lalu. Dengan dilakukannya ujian ini maka saya tertarik untuk mengevaluasi pelaksanaan ujian praktikum tersebut.



B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan “ Bagaimana Pelaksanaan Ujian Praktikum Dengan Metode OSCA pada Mahasiswa Semester I dan III DIII Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta tahun 2011?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya Evaluasi Pelaksanaan Ujian Praktikum dengan Metode OSCA pada Mahasiswa Semester I dan III DIII Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya seberapa jauh pemahaman mahasiswa Semester I dan III DIII Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta mengenai OSCA.
b. Diketahuinya kesan atau perasaan mahasiswa Semester I dan III DIII Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta saat mengikuti ujian praktikum dengan metode OSCA.
c. Diketahuinya manfaat Ujian OSCA bagi mahasiswa Semester I dan III DIII Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta tahun 2011.
d. Diketahuinya persiapan mahasiswa Semester I dan III DIII Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta sebelum mengikuti ujian praktikum dengan metode OSCA.
e. Diketahuinya peran keluarga dan teman seangkatan selama ujian tersebut.
f. Diketahuinya pendapat mahasiswa Semester I dan III DIII Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta mengenai dosen penguji.
g. Diketahuinya Prosedur dalam pelaksanaan Ujian Praktikum dengan metode OSCA pada Mahasiswa Semester I dan III DIII Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta tahun 2011.
h. Diketahuinya Peran Pembimbing atau penguji dalam pelaksanaan Ujian praktikum dengan metode OSCA pada Mahasiswa Semester I dan III DIII Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta tahun 2011.
i. Diketahuinya Kendala dalam pelaksanaan ujian praktikum dengan metode OSCA pada Mahasiswa semester I dan III DIII Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta tahun 2011.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang evaluasi dengan metode OSCA sebagai salah satu metode ujian pada praktikum.
2. Bagi Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta
Sebagai masukan bagi Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta sebagai evaluasi pelaksanaan ujian dengan metode OSCA.
3. Bagi Mahasiswa Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan informasi mengenai pelaksanaan Ujian dengan metode OSCA.

4. Bagi Peneliti selanjutnya
Sebagai salah satu pustaka yang dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian yang serupa dengan penelitian ini.
E. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup Materi
Lingkup materi penelitian ini mengenai evaluasi pelaksanaan ujian praktikum dengan metode OSCA pada Mahasiswa Semester I dan III DIII Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta.
2. Ruang Lingkup Informan
Informan yang diperlukan untuk melakukan penelitian adalah Mahasiswa semester II dan IV DIII Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta.
3. Ruang lingkup waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Juli 2011 yaitu mulai dari study pendahuluan, penyusunan proposal, pengumpulan data sampai pengumpulan laporan penelitian.
4. Ruang lingkup tempat
Penelitian ini dilakukan di Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Berdasarkan study pendahuluan pada bulan Februari sampai maret 2011 di Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta.

F. Keaslian Penelitian
Penelitian ini hampir serupa yang pernah dilakukan, yaitu :
1. Cesa Septiana Pratiwi (2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil Uji kompetensi dengan metode OSCA lulusan DIII kebidanan di Propinsi DIY tahun 2009. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif phenomenologic. Metode pengambilan sampel dengan Snowball Sampling dan pengambilan data dengan Indepth Interview dan FGD. Analisis data dilakukan secara deskriptif analitis.
2. Dwi Nurjayanti (2009). Evaluasi Hubungan Skill Laboratorium Asuhan Kebidanan II metode OSCA dengan Prestasi Belajar Asuhan Kebidanan II di STIKES ‘Aisyiyah Surakarta. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik yang dilakukan di STIKES ‘Aisyiyah Surakarta pada bulan Juli 2009. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan tehnik simple random sampling yang terdiri dari 86 mahasiswa. Data yang dikumpulkan meliputi hasil skill laboratorium asuhan kebidanan II dan prestasi belajar asuhan kebidanan II. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumentasi evaluasi pembelajaran baik secara teori maupun keterampilan kemudian ditabulasi dan dianalisa dengan korelasi Kendall Tau, yang dilakukan dengan komputer program SPSS versi 14. dari hasil penelitian diketahui 3,5% mahasiswa Kebidanan semester III memiliki skill laboratoriumasuhan kebidanan II dengan predikat A, 69,8% B dan 6,7% C. Sedangkan untuk prestasi belajar asuhan kebidanan II diperoleh 12,8% predikat A, 60,5% predikat B, 24,4% predikat C dan 2,3% predikat D. Berdasarkan hasil uji korelasi Kendall Tau terdapat hubungan yang signifikan antara skill laboratorium Asuhan Kebidanan II dengan prestasi belajar Asuhan Kebidanan II dengan didapatkan nilai τ = 0,683 dengan interpretasi data bahwa prestasi belajar Asuhan Kebidanan sebesar 68,3% dipengaruhi oleh skill laboratorium, sedangkan 31,7% dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor jasmaniah, motivasi dan lingkungan.
3. Sarwoko (2009). Pengaruh metode role play terhadap pencapaian hasil ujian asuhan kebidanan I dengan metode OSCA pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali jalur umum semester II tahun 2009. Sampel dipilih dari mahasiswa Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali jalur umum semester II tahun 2009. Sejumlah 47 mahasiswa dari kelas A mendapatkan metode role play, dan 48 mahasiswa dari kelas B mendapatkan metode konvensional. Variabel hasil yang diteliti adalah pencapaian hasil OSCA asuhan kebidanan I, baik pengetahuan maupun ketrampilan mahasiswa tentang pokok bahasan pemeriksaan obstetrik. Variabel perancu yang diperhitungkan motivasi belajar. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan check list. Data dianalisis dengan model analisis regresi linier ganda, dengan program SPSS versi 16. Hasil penelitian menunjukkan metode pembelajaran role play mampu menghasilkan nilai pengetahuan dan ketrampilan asuhan kebidanan I mahasiswa yang lebih tinggi daripada metode konvensional (b= 9.55; p= 0.007 untuk pengetahuan; b= 8.20; p= 0.000 untuk ketrampilan).
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama meneliti dan mengevaluasi pelaksanaan OSCA yang diselenggarakan di institusi pendidikan kesehatan. Sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dibandingkan beberapa penelitian yang telah disebutkan di atas adalah pada tujuan penelitian, sampel, dan tempat penelitian. Pada penelitian ini, bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan ujian praktikum dengan metode OSCA pada mahasiswa Semester I dan III DIII Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Semester II dan IV DIII Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta.